CATATAN KAMIS

DORONGAN BERKOMPETISI DALAM ALQURAN

FAUZI ROCHMAN


Dorongan merupakan kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri seseorang dan memotori tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu tujuan datau berbagai tujuan yang ingin dicapainya. Dorongan-dorongan melakukan berbagai fungsi yang penting dan primer bagi kelangsungan hidup seseorang. Dorongan-dorongan tulah yang mendorong pada diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama dan primer bagi kelangsungan hidupnya. Dorongan- dorongan juga mendorong seseorang untuk  melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat lainnya dalam usahanya untuk menyesuaikan dan menyerasikan diri dengan lingkungan hidupnya. Salah satu dorongan yang penting pada diri seseorang adalah dorongan berkompetisi.

Kompetisi merupakan salah satu dorongan psikis yang dipelajari seseorang dari kehidupan sehari-hari dimana ia hidup. Pendidikan yang diterimanya mengantarkannya pada aspek-aspek pemahaman dimana kompetisi dipandang sebagai sesuatu yang baik, demi kemajuan dan perkembangannya dan sesuai dengan nilai-nilai yang dipegangi oleh masyarakatnya.Terkadang seseorang belajar dari kebudayaan di mana ia hidup dan bersosialisasi adanya kompetisi ekonomis, politik, ilmiah atau bentuk-bentuk kompetisi lain yang berkembang dalam berbagai kebudayaan manusia.

Al Quran sendiri memberikan dorongan yang maksimal bagi manusia untuk berkompetisi dalam takwa kepada Allah, berbuat kebajikan, berpegang teguh pada nilai-nilai manusiawi yang universal dan mengikuti metode ilahi dalam kehidupan baik dalam hubungannya dengan Allah, hubungan kekeluargaan atau hubungan dengan masyarakatnya. Kesemuanya ini dimotivasi oleh dorongan agar mereka mendapatkan karunia dan keridhaan Allah dan menerima nikmat masuk surga-Nya.

Al-Quran dalam beberapa ayat di atas menyerukan persaingan dalam kualitas amal salih. Pesan persaingan tersebut bersifat amar atau perintah. “fastabiqul khairat”(maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan) (Qs albaqarah:108). Begitu pula perintah “wasari’u ilaa magfiratin min Rabbikum wajannah” (bersegeralah kamu sekalian menuju ampunan Rabbmu dan surga’ jalannya adalah melalui kekuatan infaq, pengendalian emosi, pemberian maaf, berbuat kebajikan dan bersegeralah bertaubat kepadda Allah (Qs Ali Imran : 133-135) kita dapati pula dalam ungkapan “tanafus” untuk menjadi hamba yang gemar berbuat kebajikan, sehingga berhak mendapat surge, tempat segala kenikmatan (Qs. Al Mutaffifin : 22-26) dinyatakan pila dalam konteks persaingan dan ketakwaan, sebab yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah insan yang paling takwa (Qs al Hujurat:13). Semua ini menyuratkan dan menyiratkan etos persaingan dalam kualitas kerja.

Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram, saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (taawun). Dengan demikian, obyek kompetisi dan kooperasi tidak berbeda yaitu kebaikan dalam garis horizontal dan ketakwaan dalam garis vertikal (Qs al-Maidah: 3) sehingga orang yang lebih banyak membantu dimungkinkan amalnya lebih banyak serta lebih baik dan karenanya ia mengungguli nilai kebajikan yang diraih saudaranya.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama