Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an
FAUZI ROCHMAN
Pembinaan manusia untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah SWT merupakan bagian dari pendidikan. Maka pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menggunakan konsep yang di turunkan Allah SAW dalam al Quran serta mengambil pelajaran dari nabi Muhammad SAW yang menjadi role model kehidupan baik berupa perkataan maupun perbuatannya.
Konsep dasar pendidikan untuk meningkatkan kualitas individu tidak mengenal batas waktu dalam belajar, tidak terhalang oleh jarak dan ruang dimanapun berada. Islam sangat menghargai dan menjamin bagi umatnya yang tekun dan rajin menuntut ilmu. Mencari ilmu adalah kewajiban bagi seluruh umat di dunia, sejak dilahirkan hingga akhir hayat, Karena dengan ilmu manusia dapat menumbuhkan potensi diri yang positif pada dirinya sehingga memiliki sikap dan perilaku (akhlak) mulia sebagai konsekuensi dari iman dan alam shalehnya.
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs al Ra’d ayat 13)
Perbaikan karakter bangsa tidak cukup dengan kecerdasan kognitif intelektual semata. QS al-Ra’d (13) ayat 11 menjelaskan bahwa perubahan pada setiap manusia tidak dirubah oleh Allah SWT, namun manusia itu sendiri yang mengubahnya. Ayat ini mengandung informasi yang amat mendasar. Pertama, pendidikan karakter bermula dari “sisi dalam” pada manusia (peserta didik) sebagai makna yang diisyaratkan kata ﺃﻨﻨﻔﺳﻢ. Kedua, pendidikan karakter harus didukung oleh sebuah sistem yang melibatkan banyak elemen, bukan individu sebagaimana diisyaratkan oleh bentuk jamak/plural ﺃﻨﻨﻔﺳﻢ pada ayat di atas. Terma ﺃﻨﻨﻔﺳﻢ (diri mereka sendiri) pada ayat tersebut menunjukkan ‘sisi dalam’ manusia yang meliputi idea-idea atau nilai-nilai yang terdapat dalam benaknya, serta diyakini kebenaran dan manfaatnya yang melahirkan tekad yang kuat untuk merealisirnya.
Dilihat dari ruang lingkupnya, dalam buku Pendidikan karakter Islam Marzuki membagi karakter Islam dalam tiga bagian, yakni karakter kepada Allah, karakter pada diri sendiri dan karakter terhadap lingkungan :
Karakter terhadap Allah yaitu Bertauhid (QS. Al-Ikhlas; QS. Adz_Dzariyat), Menaati perintah Allah dan bertakwa (QS. Ali Imran/30: 132), Ikhlas dalam semua amal (QS. Al-Bayyinah/98: 5), Cinta kepada Allah (QS. Al-Baqarah/2: 165), Takut kepada Allah (QS. FAthir/35: 28), Berdoa dan penuh harapan kepada Allah (QS. Az-Zumar/39: 53), Berzikir (QS. Ar-Ra’d/13: 28), Bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati (Hud/11: 123), Bersyukur (QS. QS. Al-Baqarah/2: 152; Ibrahim/14: 7), Bertobat (QS. An-Nur/24: 31; at-Tahrim/66: 8), Ridha atas semua ketetapan Allah (QS. Al-Bayyinah/98: 8), Berbuat baik pada setiap ketentuan Allah (S. Ali Imran/3: 154), Akhlak kepada Rasulullah (QS. At-Taubah/9: 24; an-Nisa’/4: 59).
Karakter kepada diri sendiri yaitu Memelihara kesucian lahir dan batin (QS. At-Taubah/9: 108), Memelihara kerapian (QS. Al-A’raf/7: 31), Menambah pengetahuan sebagai modal amal (QS. Az-Zumar/39: 9), Tidak bermegah-megahan (QS. At-Takatsur/102: 1-3), Tidak menganiaya diri sendiri (QS. Al-Baqarah/2: 195), Tidak melakukan bunuh diri (QS. An-Nisa/4: 29-30), Tidak mengonsumsi khamar dan suka berjudi (QS. Al-Maidah/5: 90-91).
Karakter terhadap lingkungannya yaitu Tidak dianiaya (QS. al-An’am/6: 38), Tidak melakukan pengrusakan di muka bumi (QS. al-Qashash/28: 77).
Pendidikan karakter berbasis al-Qur’an merupakan ruh dalam konsep pendidikan. Diharapakan mampu menumbuhkan potensi menjadi jiwa-jiwa yang berkarakter sejati. Karena potensi tersebut telah tertanam pada diri setiap individu sehingga perlu acuan agar tidak keluar dari konsep al-Qur‟an.Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an
FAUZI ROCHMAN
Pembinaan manusia untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah SWT merupakan bagian dari pendidikan. Maka pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menggunakan konsep yang di turunkan Allah SAW dalam al Quran serta mengambil pelajaran dari nabi Muhammad SAW yang menjadi role model kehidupan baik berupa perkataan maupun perbuatannya.
Konsep dasar pendidikan untuk meningkatkan kualitas individu tidak mengenal batas waktu dalam belajar, tidak terhalang oleh jarak dan ruang dimanapun berada. Islam sangat menghargai dan menjamin bagi umatnya yang tekun dan rajin menuntut ilmu. Mencari ilmu adalah kewajiban bagi seluruh umat di dunia, sejak dilahirkan hingga akhir hayat, Karena dengan ilmu manusia dapat menumbuhkan potensi diri yang positif pada dirinya sehingga memiliki sikap dan perilaku (akhlak) mulia sebagai konsekuensi dari iman dan alam shalehnya.
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs al Ra’d ayat 13)
Perbaikan karakter bangsa tidak cukup dengan kecerdasan kognitif intelektual semata. QS al-Ra’d (13) ayat 11 menjelaskan bahwa perubahan pada setiap manusia tidak dirubah oleh Allah SWT, namun manusia itu sendiri yang mengubahnya. Ayat ini mengandung informasi yang amat mendasar. Pertama, pendidikan karakter bermula dari “sisi dalam” pada manusia (peserta didik) sebagai makna yang diisyaratkan kata ﺃﻨﻨﻔﺳﻢ. Kedua, pendidikan karakter harus didukung oleh sebuah sistem yang melibatkan banyak elemen, bukan individu sebagaimana diisyaratkan oleh bentuk jamak/plural ﺃﻨﻨﻔﺳﻢ pada ayat di atas. Terma ﺃﻨﻨﻔﺳﻢ (diri mereka sendiri) pada ayat tersebut menunjukkan ‘sisi dalam’ manusia yang meliputi idea-idea atau nilai-nilai yang terdapat dalam benaknya, serta diyakini kebenaran dan manfaatnya yang melahirkan tekad yang kuat untuk merealisirnya.
Dilihat dari ruang lingkupnya, dalam buku Pendidikan karakter Islam Marzuki membagi karakter Islam dalam tiga bagian, yakni karakter kepada Allah, karakter pada diri sendiri dan karakter terhadap lingkungan :
Karakter terhadap Allah yaitu Bertauhid (QS. Al-Ikhlas; QS. Adz_Dzariyat), Menaati perintah Allah dan bertakwa (QS. Ali Imran/30: 132), Ikhlas dalam semua amal (QS. Al-Bayyinah/98: 5), Cinta kepada Allah (QS. Al-Baqarah/2: 165), Takut kepada Allah (QS. FAthir/35: 28), Berdoa dan penuh harapan kepada Allah (QS. Az-Zumar/39: 53), Berzikir (QS. Ar-Ra’d/13: 28), Bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati (Hud/11: 123), Bersyukur (QS. QS. Al-Baqarah/2: 152; Ibrahim/14: 7), Bertobat (QS. An-Nur/24: 31; at-Tahrim/66: 8), Ridha atas semua ketetapan Allah (QS. Al-Bayyinah/98: 8), Berbuat baik pada setiap ketentuan Allah (S. Ali Imran/3: 154), Akhlak kepada Rasulullah (QS. At-Taubah/9: 24; an-Nisa’/4: 59).
Karakter kepada diri sendiri yaitu Memelihara kesucian lahir dan batin (QS. At-Taubah/9: 108), Memelihara kerapian (QS. Al-A’raf/7: 31), Menambah pengetahuan sebagai modal amal (QS. Az-Zumar/39: 9), Tidak bermegah-megahan (QS. At-Takatsur/102: 1-3), Tidak menganiaya diri sendiri (QS. Al-Baqarah/2: 195), Tidak melakukan bunuh diri (QS. An-Nisa/4: 29-30), Tidak mengonsumsi khamar dan suka berjudi (QS. Al-Maidah/5: 90-91).
Karakter terhadap lingkungannya yaitu Tidak dianiaya (QS. al-An’am/6: 38), Tidak melakukan pengrusakan di muka bumi (QS. al-Qashash/28: 77).
Pendidikan karakter berbasis al-Qur’an merupakan ruh dalam konsep pendidikan. Diharapakan mampu menumbuhkan potensi menjadi jiwa-jiwa yang berkarakter sejati. Karena potensi tersebut telah tertanam pada diri setiap individu sehingga perlu acuan agar tidak keluar dari konsep al-Qur‟an.