CATATAN KAMIS #16

Makna Psikologis dari kisah Nabi Musa  AS

Fauzi Rochman

 




Penuturan kisah merupakan salah satu metode dalam pengajaran. Maka tak heran jika porsi di dalam  al Quran  sepertiganya adalah kisah. Ini sebagai isyarat kepada kita bahwa kita dituntut untuk belajar dari kisah-kisah yang berada dalam  termaktub dalam al Quran. Karena kisah tersebut menggambarkan sifat manusia  yang terus menerus aka ada pada setiap zaman dan waktu sehingga perlu kita pelajari untuk mendapatkan  hikmah dibaliknya

Jika dikaji secara mendalam, ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang kisah-kisah kebanyakan diturunkan pada periode Makkiyah. Pada periode ini perioritas dakwah Rasulullah saw. lebih banyak diarahkan pada penanaman akidah-tauhid. Hal ini memberikan isyarat bahwa kisah-kisah sangat berpengaruh bagi proses pendidikan terhadap pihak yang awalnya belum memiliki keyakinan tauhid menjadi hamba Allah yang bertauhid.

Kisah yang perlu kita simak adalah kisah Nabi Musa. Selain sebagai Nabi, beliau juga merupakan seorang pemimpin polotis bagi Bani Israil. Beliau memimpin Bani Israil untuk keluar dari perbudakan yang dilakukan oleh Firaun dan para prajuritnya. Salah satu surat yang menjelaskan kisah Nabi Musa adalah Surat al-Qassas. Di dalamnya dipaparkan kisah nabi Musa dengan unik dan sarat akan tanda. Kisah tersebut menceritakan kelahiran Nabi Musa sampai terhentinya beliau dengan kaumnya di depan tanah suci.

Karena kisah Nabi Musa ini merupakan kisah yang nyata dan perlu kita ambil hikmahnya dari sisi Psikologis maka ada beberapa hal yang dapat kita peroleh pelajaran dari kisah ini

A.Memiliki  kecerdasan sosial yang tinggi 

Sifat ini dibuktikan ketika Nabi Musa melihat dua orang yang berkelahi yang pertama adalah dari Bani Yahudi dan suku Qibthi. Kemudian Nabi Musa membela orang dari Bani Yahudi dan memukul orang dari suku Qibthi hingga tewas. Sikap ini dipilih oleh nabi Musa karena beliau ingin membela orang yang tertindas, karena selama ini Bani Yahudi selalu ditindas oleh tentara Firaun dari suku Qibthi.

 

B.Mampu mengatasi kecemasan 

Setelah melakukan pembunuhan terhadap orang Qibthi yang mana orang tersebut adalah tentaranya Firaun maka Nabi Musa dicari ke segala penjuru untuk ditangkap. 

Rasa gelisah, ketakutan, kecemasan bercampur dalam diri Nabi Musa  sehingga nabi Musa memotivasi dirinya sendiri dengan berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari orang-orang yang dzalim. Doa tersebut di jelaskan dalam  surat al Qassas ayat 21 “"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu". Dan al Qassas ayat 22  "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".

 C.  Memiliki empati yang tinggi

Seperti digambarkan dalam al Qassas ayat 23. Tatkala sampai di kota Madyan Nabi Musa melihat dua orang gadis yang  sedang kesusahan ingin memberi minum kambing mereka. Kemudian Nabi Musa yang seorang diri di negri orang yang sedang kesusahan dan kebingungan pula tetap memberi pertolongan kepada dua gadis tersebut dengan suka rela tanpa meminta imbalan.

D. Memiliki kemampuan mengenali potensi dan kesadaran diri

Maka tatkala Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk berdakwah kepada Firaun Nabi Musa merasa dirinya tidak fasih untuk berdakwah karena lidaknya pernah terkena bara api sewaktu kecil sehingga tidak lancar berbicaranya. Karena merasa dirinya tidak mampu maka  beliau meminta kepada Allah untuk mengangkat saudaranya Harun yang fasik lisannya  untuk membersamai berdakwah kepada Firaun sebagaiamana yang di jelaskan surat al Qassas ayat 34

Inilah beberapa pelajaran yang dapat diambil hikmahnya serta kita contoh untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari. Karena dengan mempelajari kehidupan orang sholeh tentu kita akan dapat menjadi pribadi yang baik serta cara mengatasi setiap permasalahan dengan cara atau metode yang pernah dilakukan orang-orang yang sholeh sebelum kita. 

 

 

 

 

 

 

 

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama