CATATAN KAMIS #19

Ta’dib Sebagai Konsep Pendidikan Islam

Fauzi Rochman


Dalam pendidikan Islam ada 3 istilah yang dipakai yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Jika ditelusuri lebih lanjut maka ketiga istilah ini memiliki makna tersendiri dalam hubungannya dengan pendidikan Islam. Adapaun  istilah  tersebut adalah.

Pertama  kata tarbiyah berasal dari fiil madhi yang terdiri dari tiga huruf yaitu rabba – yarbu yang  memiliki makna bertambah atau berkembang. Selain itu banyak dijumpai dalam al-Quran kata-kata yang serumpun dengan kata tarbiyah seperti rabbayani, nurabbi, yurbi, Rabbani jika dihitung ada sebanyak 224 kali. 

Menurut  Seykh Naquib al-Attas tarbiyah adalah  memelihara, mengarahkan, memberi makan, mengembangkan, menyebabkan tumbuh dewasa, menjaga, menjadikannya berhasil, menjinakkan. Konsep tarbiyah merupakan salah satu konsep dalam pendidikan Islam tetapi menurut Al-Attas secara makna bahasa tidak memadai untuk membawakan konsep pendidikan dalam pengertian Islam,istilah tarbiyah tidak mengandung unsur mendasar dari pengetahuan, intelegensi dan kebajikan yang pada hakikatnya merupakan unsur-unsur pendidikan sebenarnya. Seperti dalam contoh kata nurabbika dalam  kisah nabi Musa  pada Surat al Syu’ara ayat 18, “(Fir‘aun) menjawab, "Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Ini menegaskan pada proses pengasuhan,memberi makan, memelihara hingga tumbuh dewasa. Istilah tarbiyah disini tidak mencangkup langsung keterlibatan ilmu sebagai aspek penting dalam pendidikan.

Kedua kata ta’lim asal katanya adalah ‘allama-yuallimu-ta’lim yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian dan keterampilan. Kata ‘allama atau kata yang serumpun dengannya disebutkan dalam al-Quran lebih dari 105 kali. Contohnya  kata ta’lim yang  digunakan oleh Allah untuk  mengajarkan nama-nama yang ada di alam jagat raya kepada nabi Adam as.. 

Menurut Mahmud Yunus ta’lim adalah hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih. Sementara Rasyid Ridha mengartikan ta’lim suatu proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan  tertentu.

Kemudian Menurut Abdul Fattah ta’lim sebagai proses pemberi pemahaman, pengetahuan, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah selanjutnya  taklim menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidup serta pedoman perilaku yang baik. Taklim merupakan proses yang terus menerus diusahakan semenjak dilahirkan, sebab manusia dilahirkan tidak mengetahui apa-apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai potensi yang mempersiapkannya untuk meraih dan memahami ilmu pengetahuan serta memanfaat. Jadi jika dilihat dari beberapa pengertian ta’lim maknanya lebih sempit hanya sebatas proses pentransferan sejumlah nilai antar manusia  mempersiapkan peserta didik untuk menguasai nilai yang  ditransfer secara kognitif dan psikomotorik saja.  

Selanjutnya ketiga kata ta’dib berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta’dib yang artinya pendidikan disiplin, patuh dan tunduk pada aturan peringatan atau hukuman-hukuman penyucian. Ada juga yang mengartikannya sebagi bersopan santun, beradab, tata krama, adab, budi pekerti, moral, akhlak, etika. Menurut Ibnu manzhur ta’dib merupakan padanan kata ‘allama yang bermaksud cara tuhan mengajar nabi-Nya, 

Secara terminologis diartikan sebagai proses mendidik yang ditujukan kepada pembinaan budi pekerti pelajar dan berujung pada proses penyempurnaan akhlak. sebagaimana Rasulullah sabdakan dalam sebuah hadist

أدبني ربي فأحسن تأديبـي

Artinya : “Tuhanku telah mendidikku dengan pendidikan yang sangat sempurna”

Kemudian secara istilah al Attas mengartikan ta’dib pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwasannya ilmu (pengetahuan) dan segala sesuatu yang wujud yang ada terdiri dari hierarkhi yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tingkatan dan bahwa seseorang itu memiliki tempat masing-masing dalam hubungannya dengan realitas serta kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritual. Melalui ta’dib ini al-Attas ingin menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia. Sehingga istilah ta’dib lebih cocok digunakan dalam diskursus pendidikan Islam dibandingkan ta’lim dan tarbiyah. Karena ta’dib mencangkup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan (tarbiyah). Dalam tarbiyah titik fokusnya adalah pada bimbingan anak supaya berdaya dan tumbuh berkembang fisik serta jiwa secara sempurna. Sedangkan ta’lim titik fokusnya  penyampaian ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Kemudian  ta’dib titik tekannya adalah  pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan individu yang beradab dan memiliki akhlak mulia.

Maka pendidikan yang menggunakan konsep  ta’dib dapat menghasilkan individu yang mampu mengenal akan tuhannya  sehingga akan timbul akhlak mulia pada dirinya karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang  berakal sehingga memiliki potensi untuk berbuat baik.

Kalau melihat dalam sejarah, kata ta’dib itu digunakan untuk kegiatan pendidikan yang dilaksakan di istana-istana kerajaan yang para muridnya adalah para putra mahkta, pangeran atau calon pengganti raja. Jadi pendidikan yang berlangsung untuk menyiapakan calon pemimpin dimasa depan. Karena itu materi yang ada meliputi pelajaran bahsa, pidato, menulis, sejarah para pahlawan dan panglima besar dalam angka menyerap pengalaman keberhasilan mereka, renang, memanah dan menunggang kuda.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama