Makna Psikologis Dari Kisah Nabi Yusuf AS
Fauzi Rochman
Kisah Nabi Yusuf memberikan inspirasi dan keteladanan bagi semua orang. Pada usianya yang relatif muda dan memiliki berbagai kelebihan baik secara fisik maupun non fisik dibandingkan manusia kebanyakan, namun tidak membuat dirinya menjadi sombong dan takabur. Beliau tetap menjadi pribadi yang santun, rendah hati, dan memiliki kematangan intelektual, emosional dan spiritual, sehingga beliau menjadi pribadi yang disegani dan dapat memberi solusi bagi orang banyak.
Kematangan emosi dan spiritual beliau tergambar pada kejadian tatkala digoda oleh Zulaikha seorang wanita yang cantik parasnya dan mereka hanya berdua di dalam kamar tidak ada siapapun. Seperti yang diceritakan dalam surat Yusuf sebagai berikut:
“Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal dirumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu lalu berkata,” Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata,” Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik,” sesungguhnya orang zalim itu tidak akan beruntung.(23) Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yususf). Dan Yusufpun berkehendak padanya, sekiranya dia tidak melihat tanda-tanda dari Tuhannya. Demikianlah, kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk damba kami yang terpilih. (24) Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan) itu berkata, “apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?.(25)
Dalam ayat diatas Nabi Yusuf sebenarnya memiliki hasrat kepada Zulaikha namun karena dia teringat kepada Allah SAW dengan adanya tanda-tandaNya maka niat tersebut ia urungkan dan berlari meninggalkan wanita tersebut. Melihat cerita ini bahwa Nabi Yusuf adalah orang yang memiliki spiritual tinggi yang selalu merasa diawasi oleh Allah SAW sehingga beliau tidak berani melakukan hal-hal yang diharamkan oleh TuhanNya. Dan akhirnya kita dapat mengambil pelajaran bahwa orang yang menjaga diri dari hal hal yang haram maka posisinya akan mulia di hadapan Allah maupun dihadapan manusia.