Islam dan Ilmu
Fauzi Rochman
Islam dan ilmu tidak bisa dipisahkan sehingga jika berbicara Islam tentu akan berbicara ilmu. Karena Islam ini merupakan agama yang menghargai ilmu. Pertama kali ayat yang turun adalah surat al-Alaq. Dimana didalam surat tersebut manusia diperintahkan untuk membaca. Padahal sang pembawa risalah yaitu Nabi Muhammad adalah orang yang ummi yaitu orang yang tidak bisa membaca dan menulis.
Tatkala malaikat Jibral berulang kali meminta Nabi Muhammad untuk menirukan ucapannya. Walaupun dengan susah payah nabi mengikuti nya. Namun sudah berulang kali tidak bisa melafalkannya. Akhirnya sampailah pada bacaan iqro’ bismirobika, nabi baru bisa mengikuti bacaan dari malaikat Jibril. Dari bacaan kata iqra bismirabbika ini kita dapat mengambil faidah bahwa boleh kita menelaah, meneliti, memahami sesuatu namun tidak boleh lepas dari Allah SAW. Bahwa apa yang kita baca dan kita pahami ini dipautkan dengan ilmu allah yang maha luas serta memahami tanda kauniyah-Nya sehingga keimanan kita semakin bertambah. Maka ilmu yang dihasilkan mampu memberikan dampak positif terhadap kehidupan umat manusia lebih luas.
Ayat yang lain juga menerangkan tentang ilmu “Katakanlah: apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya (hanya) orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (az Zumar : 9)
Selain itu ada juga hadis nabi memotivasi umat Islam untuk menuntut ilmu seperti hadis riwayat Muslim nomer 2699 “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga”. Mendengar Hadis ini maka umat Islam menjadi terpacu untuk senantiasa menuntut ilmu Dengan demikian dua sumber umat Islam baik al Quran dan Hadis menjadi rujukan inspirasi serta sumber ilmu yang dapat dikembangkan menjadi lebih luas cangkupan nya.
Bukti dari semangatnya para sahabat nabi dalam menuntut ilmu adalah adanya sahabat nabi yang tinggal di serambi masjid Nabawi seperti Abu Hurairoh dan para sahabatnya yang lainnya. Mereka dikenal dengan ahlu suffah yaitu orang yang hidupnya zuhud beribadah siang malam serta mendalami ilmu agama. Maka Abu Hurairoh menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan sekitar 5374 hadis
Menurut Prof hamid fahmy Zarkasyi semangat para sahabat dalam menuntut ilmu kepada Rasulullah terekam dalam sebuah kesan yang indah “kita tidak melewatkan satu suratpun dari alquran sehingga kami menghafal dan mempelajarinya sehingga setelahnya kami mendapatkan ilmu dan amal”. Maka dengan semangat menuntut ilmu serta didikan nabi yang menghujam di sanubari mereka para sahabat menjadi manusia yang berkualitas mampu merubah pribadinya serta lingkungan sekitar sehingga mencahayai dataran arab yang semula dikenal dengan sebutan masyarakat jahiliyah.
Secara historis dapat kita telusuri progresifitas masyarakat Islam dalam pengembangan ilmu tak lepas dari cara nabi memerintahkan para tawanan perang badar yaitu kelompok musyrikin Quraisy penentang Islam, untuk mengajarkan baca tulis kepada orang-orang muslim sebagai syarat terbebas menjadi tawanan. Maka setiap tawanan diberi tugas mengajari sekitar 10 orang muslim. Sementara sahabat yang sudah mampu baca tulis oleh nabi diperintah untuk mempelajari bahasa asing seperti Bahasa Ibrani (yahudi, Bahasa Romawi, Bahasa Abbesinia (afrika Utara) dan Bahasa Qibti (mesir).Oleh karena itu sahabat Zaid bin Tsabit mengambil kesempatan itu sehingga berhasil menguasai seleruh bahasa yang ditugaskan Rasulullah dan beliau menjadi sekretaris pribadi Rasul dalam menulis surat untuk disebarkan kepada raja-raja sekitar Arab sebagai seruan dakwah masuk kepada ajaran Islam.
Tentu semangat menuntut ilmu kaum muslimin tak bisa lepas dari ajarannya. Sehingga perburuan mencari ilmu menjadi hal yang istimewa maka Islam memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu seperti:
Pertama, prinsip semua ilmu dipandang oleh kaum muslimin terdapat dalam al Quran. Sejauh pemahamannya terhadap al-Quran maka akan mampu mengungkap misteri yang dikandungnya serta mencari makna mendalam guna untuk pembangunan ilmu pengetahuan. Contoh dalam hal ini adalah perenungan Jabir Ibn Hayyan terhadap surat al Qamar ayat : 49 “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (tertentu)”. Hasil perenungan inilah menjadikan inspirasi untuk bereksperimen mengubah komposisi logam-belerang untuk mendapatkan logam mulia.
Kedua, al Quran dan Hadis menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu karena mendapatkan ilmu apapun akhirnya bermuara pada penegasan tauhid kepada Allah SWT. Karena semua ilmu yang lahir dari kandungan al Quran dan Sunnah merupakan dasar pembangunan dan pengembangan keilmuwan Islam.